4. Bahasa Figuratif
(Majas)
Bahasa figuratif ialah
bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak
biasa, yakni secara tidak langsung untuk mengungkapkan maknanya. Bahasa
figuratif terdiri atas pengiasan yang menimbulkan makna kias dan pelambangan
yang menimbulkan makna lambang.
a.
Kiasan (Gaya Bahasa)
Pengiasan disebut juga
dengan simile atau persamaan. Tujuan penggunaan kiasan ialah untuk menciptakan
efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi. Beberapa
contoh kiasan atau gaya bahasa adalah sebagai berikut:
1.
Metafora
Metafora
adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak disebutkan.
Contoh klasik : kambing hitam, bunga bangsa, lintah darat, dll.
2.
Perbandingan
Kiasan
yang tidak langsung disebut perbandingan atau simile. Biasanya di dalam
penggunaan majas perbandingan digunakan kata-kata seperti, laksana, bagaikan,
bagai, bak, dll.
3.
Personifikasi
Dalam
hal ini benda mati dianggap sebagai manusia atau persona atau
di”personifikasi”kan. Hal ini digunakan untuk memperjelas penggambaran
peristiwa dan keadaan itu.
4.
Hiperbola
Hiperbola
merupakan kiasan yang berlebih-lebihan agar penyair mendapatkan perhatian yang
lebih saksama dari pembaca.
5.
Sinekdoce
Sinekdoce
adalah menyebutkan sebagian untuk maksud keseluruhan, atau menyebutkan
keseuruhan untuk maksud sebagian. Sinekdoce terdiri atas dua majas, yaitu pars
pro toto (menyebut sebagian untuk keseluruhan) dan totum pro parte (menyebut
keseluruhan untuk sebagian).
6.
Ironi
Ironi
yakni kata-kata yang bersifat berlawanan untuk memberikan sindiran. Ironi dapat
berubah menjadi sinisme dan sarkasme, yakni penggunaan kata-kata yang keras dan
kasar untuk menyindir atau mengeritik.
Contoh penggunaan
bahasa figuratif (majas) dalam puisi:
Oleh:
Lelaki Budiman
Malam ini hujan kembali
mengunjungiku, kunjungan yang kesekian puluh.
Tak pasti hujan
mengunjungiku (benar-benar berkunjung dan bercakap denganku). Terkadang ia
hanya lewat di depan halaman. Lalu pergi usai menyapa bunga dan rerumputan.
...
Penjelasan :
Dalam penggalan puisi
tersebut jelas sekali terlihat menggunakan majas personifikasi. Hujan yang
hakikatnya bukan makhluk hidup dikiaskan dan dipersonifikasikan seolah-olah
dapat melakukan pekerjaan manusia, seperti pada penggunaan kata mengunjungi,
lewat di depan halaman, dan menyapa.
b.
Pelambangan
Pelambangan
digunakan penyiar untuk memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak
menjadi lebih jelas, sehingga dapat menggugah hati pembaca.pelambangan dalam
puisi dianggap penting karena menurut beberapa penyair kata-kata dari kehidupan
sehari-hari belum cukup untuk mengungkapkan makna yang hendak disampaikan
kepada pembaca. Selain itu, lambang dan kiasan ikut memberikan sugesti pada
kata-kata itu. Lambang dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Lambang
warna
Warna mempunyai karakteristik watak
tertentu untuk mengungkapkan perasaan penyair.
2. Lambang
benda
Pelambangan ini dilakukan dengan
menggunakan nama benda untuk menggantikan sesuatu yang ingin diucapkan oleh
penyair.
3. Lambang
bunyi
Di sini, bunyi yang diciptakan oleh
penyair melambangkan perasaan tertentu untuk menciptakan suasana yang khusus
dalam sebuah puisi. Penggunaan lambang bunyi sangat erat hubungannya dengan
rima dan diksi dalam puisi.
4. Lambang
suasana
Dalam hal ini yang diwakili adalah suatu suasana dan
bukan hanya suatu peristiwa sepintas saja.
Contoh puisi yang
menggunakan pelambangan:
Sepanjang
Jalur Hitam
(Bambang
Sugeng)
Sepanjang jalur hitam
Ada penyeselan diri
Entah terpaksa atau
dipaksa
Oleh keadaan
Kini tinggalsepercik
pengharapan
Untuk berbuat kepadaNya
Belumlah terlambat
(sepanjang jalur hitam
tidak seluruhnya hitam)
Penjelasan:
Puisi di atas
menggunakan lambang warna untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikan oleh
penyair. Selain itu, penggunaan lambang warna yang terlihat pada kata “jalur
hitam” juga dituliskan secara berulang-ulang oleh penyair.
5. Versifikasi
(Rima, Ritma, dan Metrum)
a. Rima
Rima adalah pengulangan bunyi untuk
membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi
menjadi merdu untuk dibaca. Beberapa jenis rima adalah:
1. Onomatope
Onomatope berarti tiruan terhadap
bunyi-bunyi yang ada. Dalam puisi, bunyi-bunyi yang dipilih oleh penyair
diharapkan dapat memberikan gema atau memberikan warna suasana tertentu seperti
yang diharapkan penyair.
2. Bentuk
intern pola bunyi
Menurut Boultonyang dimaksud dengan
bentu internal ini adalah: aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan
awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi (kata),
dnsi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak
penuh, repetisi bunyi (kata), dnsi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak
berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi (kata), dll.
3. Pengulangan
kata/ungkapan
Boulton menyatakan bahwa pengulangan
bunyi/kata/frasa memberikan efek intelektual dan efek magis yang murni. Efek
magis yang murni dapat kita hayati dalam mantera.
b. Ritma
Pada dasarnya, Ritma merupakan
pertentangan bunyi : tinggi/rendah, panjang/pendek, keras/lemah, yang mengalun
dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk sebuah keindahan. Ritma
sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi,
kata, frasa dan kalimat. Ritma puisi berbeda dari metrum (matra). Metrum berupa
pengulangan tekanan kata yang tetap. Metrum sifatnya statis. Metrum sama dengan
maat dan sulit dilaksanakan dalam puisi Indonesia. meskipun sulit ditemukan
dalam puisi Indonesia, namun dalam deklamasi dan poetry reading metrum memiliki
peranan yang sangat penting.
Contoh penggunaan Rima dalam puisi:
Angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk menghempas emas
ari
ke gunung memuncak sunyi
erayun-ayun di atas alas
(Amir Hamzah)
Penjelasan :
Puisi di atas menggunakan rima akhir,
yaitu pengulangan bunyi pada akhir setiap barisnya. Puisi diatas menggunakan
rima akhir yang berupa rima silang, yaitu berima [a-b-a-b]
6. Tata
Wajah (Tipografi)
Penyair menciptakan tipografi yang berubah pada
baris-baris di akhir puisi untuk menekan makna yang hendak diungkapkan penyair.
Contoh puisi bertipografi:
Laksana bintang berkilat cahaya,
Di atas langit hitam kelam,
Sinar berkilau cahya matamu,
Menembus aku kejiwa dalam.
Ah, tersadar aku,
Dahulu ....................................
Telah terpasang lentera harapan
Tetiup angin gelap keliling.
Laksana bintang di langit atas,
Bintangku Kejora
Segera lenyap peredar pula,
Bersama zaman terus berputar
(SEBAGAI DAHULU, Aoh Kartahadimaja, Gema tanah Air, hal. 51)
Penjelasan :
Tipografi dalam puisi
di atas dapat dilihat dari pelukisan bait kedua yang menjorok ke dalam. Selain
itu juga terlihat pada penggunaan beberapa tanda baca seperti titik dan koma
pada puisi tersebut.
STRUKTUR
BATIN PUISI
1.
Tema
Tema merupakan gagasan
pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau
pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa peyair, sehingga menjadi
landasan utama pengucapannya. Tema meliputi beberapa hal, seperti :
a.
Tema ketuhanan
Puisi-puisi
dengan tema ketuhanan bilasanya akan menunjukkan “religious experience” atau
pengalaman religi penyair. Pengalaman religi didasarkan atas tingkat kedalaman
pengamalan Ketuhanan seseorang. Kedalaman rasa ketuhanan itu tidak lepas dari
bentuk fisik yang terlahir dalam pemilihan kata, ungkapan, lambang, kiasan, dll
yang menunjukkan betapa erat hubungan antara penyair dengan Tuhan.
b.
Tema kemanusiaan
Tema
kemanusiaan bermaksud menunjukkan betapa tingginya martabat manusia dan
bermaksud meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki harkat (martabat)
yang sama. Rasa kemanusiaan juga dapat menunjukkan tema cinta, belas kasihan,
nasihat, perjuangan, dll.
c.
Tema patriotisme/kebangsaan
Tema
patriotisme dapat meningkatkan perasaan cinta akan bangsa dan tanah air. Tema
patriot juga dapat diwujudkan dalam bentuk usaha penyair untuk membina kesatuan
bangsa atau membina rasa kenasionalisan.
d.
Tema kedaulatan rayat
Tema
ini biasanya kita dapati pada puisi protes. Yang ditonjolkan pada puisi bertema
kedaulatan rakyat adalah protes terhadap kesewenang-wenangan pihak yang
berkuasa yang tidak mendengarkan jeritan rakyat atau dapat juga berupa kritik
terhadap sikap otoriter penguasa. Kedaulatan rakyat berarti bahwa rakyat
mempunyai suara yang penting dan menentukan. Suara rakyat menentukan kekuasaan.
Pemerintah dan penguasa harus mencerminkan kehendak rakyat.
e.
Tema keadilan sosial
Yang
dilukiskan dalam tema ini adalah ketidakadilan dalam masyarakat, dengan tujuan
untuk mengetuk nurani pembaca agar keadilan sosial ditegakkan dan
diperjuangkan.
Contoh:
Doa
(Chairil
Anwar)
Tuhanku
Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri
asing
Tuhanku
Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
Puisi “Doa” karya
Chairil Anwar di atas mengungkapkan tema tentang ketuhanan. Hal ini dapat kita rasakan dari beberapa bukti. Pertama,
diksi yang digunakan sangat kental dengan kata-kata bernaka ketuhanan. Kata
“doa” yang digunakan sebagai judul menggambarkan sebuah permohonan atau komunikasi seorang penyair dengan Sang Pencipta. Kata-kata
lain yang mendukung tema adalah: Tuhanku, nama-Mu, mengingat Kau, caya-Mu,
di pintu-Mu. Kedua, dari segi isi puisi tersebut menggambarkan
sebuah renungan dirinya yang menyadari tidak bisa terlepas dari Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar